Berkat
Dua Koin Lima Ratusan
Excel adalah seorang remaja
laki-laki yang kaya raya. Meskipun umurnya baru 13 tahun, namun ia sudah
diberikan fasilitas kartu kredit, motor dan mobil pribadi. Hal-hal tersebut
yang membuatnya manja dan menghambur-hamburkan uang. Teman-temannya banyak yang
tidak menyukai sifatnya itu, namun ia tidak memperdulikannya. Bahkan, tak
jarang pula ia menghina temannya yang kurang mampu. Sayangnya, kedua orang
tuanya tidak pernah mengetahui dan percaya akan kelakuan anaknya.
Suatu kali, Excel
kehilangan dompetnya, ia pun menuduh Victor yang duduk di sebelahnya. Victor
yang adalah seorang anak dari keluarga miskin pun mengaku tidak mengambilnya.
Namun Excel tetap bersikeras Victor adalah pelakunya. Kasus ini pun
diselesaikan oleh wali kelas. Dan tetap Victor berkata bahwa ia bukanlah
pelakunya. Kasus ini berbelit selama 3 hari. Pada hari ketiga, Excel menemukan
dompetnya di dalam lokernya. Ia pun malu dan wali kelas pun memberika SP 1
kepada orang tuanya karena putranya telah menuduh orang lain. Orang tuanya yang
menerima surat itu merasa malu lalu mengosongkan dompet dan mencabut kartu
kredit Excel. Excel pun merasa sedih, marah, dan tidak menerima perlakuan orang
tuanya. Mulai saat itu, ia pun membawa bekal dari rumah karena tidak memiliki
uang jajan.
Suatu hari, Excel
bangun siang dan terburu-buru berangkat ke sekolah sehingga ia lupa membawa tas
bekalnya. Sewaktu istirahat, ia baru tersadar bahwa ia tidak membawa bekal.
Perutnya pun sudah keroncongan karena tidak sarapan. Malangnya, tak ada satu
teman pun yang memperdulikannya. Ia duduk termenung di bawah pohon mangga
sambil melihat iri pada teman-temannya yang jajan di kantin. Victor yang
kebetulan lewat menghampiri Excel, “Hai, tumben kamu disini.. Nggak makan?”.
“Oh, hai.. Nggak, aku gak bawa bekal”, jawab Excel malu. “Oh.. sama dong. Oh
iya, tapi kenapa kamu nggak jajan? Kamu kan Master of Canteen. Hehehe”, tanya
Victor polos. Excel tertegun sejenak. Ia bingung dengan dua hal. Pertama,
kenapa Victor masih bisa baik padahal sudah ia fitnah. Kedua, apa yang harus ia
jawab. Sepertinya Excel masih mempertahankan harga dirinya (gengsi). Tapi, ia
memutuskan untuk jujur pada Victor yang sudah bersikap baik padanya. “Yah,
sebenarnya aku tidak diberi uang jajan”, jawabnya sambil menunduk. “Sama dong
kawan.. Aku juga baru hari ini diberi uang jajan. Bahkan, kalau kamu lihat
berapa nominalnya, kamu pasti akan tertawa”, balas Victor tersenyum. Victor pun
menyodorkan 2 koin limaratusan yang ia bawa. Excel pun benar-benar terkejut
melihatnya. Ia teringat akan uang jajannya tiap hari yang 100 kali lipat dari
Victor. “Tuh, kamu kaget kan. Sudah yuk, kita ke kantin. Sebentar lagi masuk
nih. Aku traktir kamu krupuk gapapa ya. Hehe”, ajak victor sambil menarik
tangan Excel. Excel merasakan ada perasaan hangat pada dirinya. Ia kagum dengan
Victor. Seorang Victor yang hanya dibekali Rp 1000,00 masih dapat berbagi
dengan orang yang sudah menyakiti
perasaannya. Ia pun mengikuti langkah Victor menuju kantin. Banyak teman-teman yang
saling berpandangan melihat Excel berjalan bersama. Ada yang menunjukkan
ekspresi kagum, senang, ada juga yang mengolok. Namun mereka berdua tak peduli.
Sambil makan krupuk,
Excel minta maaf pada Victor, “Vic, aku minta maaf ya. Waktu itu aku pernah
fitnah kamu yang mengambil dompetku padahal itu karena keteledoranku. Tak
kusangka kamu masih bisa baik gini sama aku”. Dengan tersenyum, Victor
menjawab, “Weehh.. santai bro.. Gapapa kali, sebagai manusia kita pasti punya
salah, punya prasangka buruk”. Mereka berdua pun tertawa bersama sampai bel
masuk pun berbunyi.
Mulai saat itu, Excel
merubah sifatnya. Ia lebih menghargai uang dan orang lain. Dan juga, ia
memiliki sahabat sejati, Victor.
Terimakasih dua koin
limaratusan.. Berkatmu, seorang dapat merubah sifatnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar