Sabtu, 30 Juni 2012


Berkat Dua Koin Lima Ratusan


    Excel adalah seorang remaja laki-laki yang kaya raya. Meskipun umurnya baru 13 tahun, namun ia sudah diberikan fasilitas kartu kredit, motor dan mobil pribadi. Hal-hal tersebut yang membuatnya manja dan menghambur-hamburkan uang. Teman-temannya banyak yang tidak menyukai sifatnya itu, namun ia tidak memperdulikannya. Bahkan, tak jarang pula ia menghina temannya yang kurang mampu. Sayangnya, kedua orang tuanya tidak pernah mengetahui dan percaya akan kelakuan anaknya.
     Suatu kali, Excel kehilangan dompetnya, ia pun menuduh Victor yang duduk di sebelahnya. Victor yang adalah seorang anak dari keluarga miskin pun mengaku tidak mengambilnya. Namun Excel tetap bersikeras Victor adalah pelakunya. Kasus ini pun diselesaikan oleh wali kelas. Dan tetap Victor berkata bahwa ia bukanlah pelakunya. Kasus ini berbelit selama 3 hari. Pada hari ketiga, Excel menemukan dompetnya di dalam lokernya. Ia pun malu dan wali kelas pun memberika SP 1 kepada orang tuanya karena putranya telah menuduh orang lain. Orang tuanya yang menerima surat itu merasa malu lalu mengosongkan dompet dan mencabut kartu kredit Excel. Excel pun merasa sedih, marah, dan tidak menerima perlakuan orang tuanya. Mulai saat itu, ia pun membawa bekal dari rumah karena tidak memiliki uang jajan.
     Suatu hari, Excel bangun siang dan terburu-buru berangkat ke sekolah sehingga ia lupa membawa tas bekalnya. Sewaktu istirahat, ia baru tersadar bahwa ia tidak membawa bekal. Perutnya pun sudah keroncongan karena tidak sarapan. Malangnya, tak ada satu teman pun yang memperdulikannya. Ia duduk termenung di bawah pohon mangga sambil melihat iri pada teman-temannya yang jajan di kantin. Victor yang kebetulan lewat menghampiri Excel, “Hai, tumben kamu disini.. Nggak makan?”. “Oh, hai.. Nggak, aku gak bawa bekal”, jawab Excel malu. “Oh.. sama dong. Oh iya, tapi kenapa kamu nggak jajan? Kamu kan Master of Canteen. Hehehe”, tanya Victor polos. Excel tertegun sejenak. Ia bingung dengan dua hal. Pertama, kenapa Victor masih bisa baik padahal sudah ia fitnah. Kedua, apa yang harus ia jawab. Sepertinya Excel masih mempertahankan harga dirinya (gengsi). Tapi, ia memutuskan untuk jujur pada Victor yang sudah bersikap baik padanya. “Yah, sebenarnya aku tidak diberi uang jajan”, jawabnya sambil menunduk. “Sama dong kawan.. Aku juga baru hari ini diberi uang jajan. Bahkan, kalau kamu lihat berapa nominalnya, kamu pasti akan tertawa”, balas Victor tersenyum. Victor pun menyodorkan 2 koin limaratusan yang ia bawa. Excel pun benar-benar terkejut melihatnya. Ia teringat akan uang jajannya tiap hari yang 100 kali lipat dari Victor. “Tuh, kamu kaget kan. Sudah yuk, kita ke kantin. Sebentar lagi masuk nih. Aku traktir kamu krupuk gapapa ya. Hehe”, ajak victor sambil menarik tangan Excel. Excel merasakan ada perasaan hangat pada dirinya. Ia kagum dengan Victor. Seorang Victor yang hanya dibekali Rp 1000,00 masih dapat berbagi dengan orang  yang sudah menyakiti perasaannya. Ia pun mengikuti langkah Victor menuju kantin. Banyak teman-teman yang saling berpandangan melihat Excel berjalan bersama. Ada yang menunjukkan ekspresi kagum, senang, ada juga yang mengolok. Namun mereka berdua tak peduli.
     Sambil makan krupuk, Excel minta maaf pada Victor, “Vic, aku minta maaf ya. Waktu itu aku pernah fitnah kamu yang mengambil dompetku padahal itu karena keteledoranku. Tak kusangka kamu masih bisa baik gini sama aku”. Dengan tersenyum, Victor menjawab, “Weehh.. santai bro.. Gapapa kali, sebagai manusia kita pasti punya salah, punya prasangka buruk”. Mereka berdua pun tertawa bersama sampai bel masuk pun berbunyi.
     Mulai saat itu, Excel merubah sifatnya. Ia lebih menghargai uang dan orang lain. Dan juga, ia memiliki sahabat sejati, Victor.
     Terimakasih dua koin limaratusan.. Berkatmu, seorang dapat merubah sifatnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar